Today is a Gift…

Yesterday is history, tomorrow is a mistery, but today is a gift.
That’s why it’s called the present…

Itulah kurang lebih kata-kata yang diucapkan Master Oogway kepada Master Shifu dalam film Kungfu Panda (2008). Sebenarnya pernah sih mendengar kalimat itu sebelumnya. Tapi sewaktu menonton film ini dan mendengar kembali kalimat tersebut, rasa-rasanya ada sesuatu yang berbeda (mungkin karena terbawa oleh suasana hati yang sedang tak menentu juga saat itu).

Ya, ada semacam inspirasi dan semangat baru yang seketika muncul, dibalut dengan rasa syukur. Mensyukuri bahwa saya masih diberi kesempatan mengecap hidup hingga hari ini. Hari ini yang merupakan hadiah terbesar yang diberikan Tuhan kepada saya. Dan hari ini adalah hanya saat ini, bukan hari kemarin yang telah menjadi sejarah, dan bukan pula hari esok yang masih menjadi misteri.

Semoga hari ini senantiasa menjadi hadiah terbesar dan terindah buat kita… Ayo, semangat!

Cinta Itu…

Apabila cinta memanggilmu, ikutilah dia,
walau jalannya terjal berliku-liku.
Dan apabila sayapnya merangkummu,
pasrahlah serta menyerahlah,
walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu.
Dan jika dia bicara kepadamu, percayalah,
walau ucapannya membuyarkan mimpimu,
bagai angin utara mengobrak-abrik taman.
Cinta tak memberikan apapun, kecuali dari dirinya sendiri.
Cinta tidak memiliki ataupun dimiliki,
karena cinta telah cukup untuk cinta.
Dan juga jangan mengira,
bahwa engkau dapat menentukan arah jalannya cinta,
karena cinta, apabila telah memilihmu,
Dia akan menentukan perjalanan hidupmu.

(Sang Nabi – Kahlil Gibran)

Di dalam janji untuk tak lagi saling menyakiti karena cinta.
Semoga…

PPT = Para Pengiklan Top1?

Yup, inilah acara yang banyak ditunggu-tunggu pemirsa di bulan Ramadan. Sinetron “Para Pencari Tuhan” (PPT) garapan Deddy Mizwar. Sewaktu PPT tayang tahun lalu, terus terang saya cukup terhibur sekaligus terbius dengan banyaknya pelajaran yang bisa didapatkan dari sinetron ini. Deddy Mizwar memang saya akui cukup mumpuni untuk membuat sinetron di layar televisi kita beraroma wangi, di antara busuknya sinetron-sinetron Indonesia made in India. Suksesnya menelurkan sinetron “Lorong Waktu” (hingga beberapa sekuel), sinetron dan film “Kiamat Sudah Dekat”, hingga yang terakhir film “Naga Bonar Jadi 2”, menjadi jaminan bahwa Bang Deddy memang jagonya membuat sinema yang berbobot.

Tahun ini SCTV – stasiun televisi ini tampaknya jadi langganan tempat tayangnya garapan-garapan Deddy Mizwar – kembali menayangkan “Para Pencari Tuhan Jilid 2”. Menemani saat sahur, dan di re-run setelah waktu berbuka puasa. Masih menceritakan tentang mantan jagal hewan bernama Bang Jack, trio eks-napi Chelsea – Barong – Juki, duet orang-orang susah Asrul – Udin, kisah cinta Azzam – Aya, kelakuan Ustad Ferry dan Pak Jalal, serta birokrasi kompleks khas Pak RT, Pak RW dan Pak Bendahara.

Tapi setelah menikmati beberapa episode awal sinetron ini, saya merasa ada “kelebihan” dalam sinetron ini dibandingkan dengan tayangan tahun lalu. Ya, kelebihan muatan “kapitalisme”, yang bertumpang-tindih dengan muatan moral dan religius sinetron ini. Yang cukup vulgar adalah tampilnya iklan oli Top 1 di dalam adegan.
Selanjutnya

Bekerjalah Demi Islam!

Kisah berikut ini semoga bisa menjadi inspirasi dan sumber semangat kita agar senantiasa sabar dalam berikhtiar….

Seorang pria bernama Adam hari itu menjumpai kebuntuan. Kebuntuan jalan hidup demi menafkahi anak dan istrinya. Sudah 3 bulan lebih ia hidup tak berpenghasilan. Hampir setiap hari anak-anaknya menangis karena ingin minum susu, sementara istrinya suka menjerit histeris karena kalut dan panik akibat himpitan hidup.

Adam bukanlah orang yang gampang berpangku tangan, ia terus mencoba peruntungan hidup. Namun dunia modern yang selalu menilai manusia dari pengalaman pendidikan membuat dirinya yang hanya lulusan SMU selalu kalah terhempas oleh para pesaing pencari rezeki yang lebih ‘beruntung’ karena berpendidikan setingkat atau dua di atasnya.

Adam tidak mengerti mengapa rezeki diukur dari hal sedemikian. Mengapa ia, istri dan anaknya harus menanggung beban hidup sedemikian. Hanya karena kesialan akademika, maka seluruh rencana hidup manusia sudah ditentukan oleh manusia lainnya.

Pagi itu, Adam mencoba mencari nafkah Tuhan. Ia keluar rumah. Namun ia tak mengerti hendak pergi kemana, entah!! Ia berjalan dengan tatapan mata sayu. Tidak ada lagi sepeser rupiah pun di koceknya. Ia terpaksa keluar rumah. Sebab di rumah, hanya akan membuat kepalanya bertambah pening dan telinganya pekak akibat raungan dan jeritan isrti serta anaknya. Ia keluar rumah hari itu mencoba peruntungan nasib, setelah sebelumnya ia sempatkan berdoa sejenak dalam kedamaian hati kepada Allah Sang Maha Pemberi rezeki agar ia dicukupkan nafkah pada hari ini.
Selanjutnya

Sejenak

……….

Luangkanlah sejenak detik dalam hidupmu
Berikanlah rindumu pada denting waktu
Luangkanlah sejenak detik dalam sibukmu
Dan lihatlah warna kemesraan dan cinta

Sebelum hidupmu terhalang nafasmu
Sesudah nafsumu tak terbelenggu
Indahnya membisu tandai yang berlalu
Bahasa tubuhmu mengartikan rindu

………

(Sejenak – Letto)

Marhaban yaa Ramadhan…