Dari Bangun Reputasi hingga Nilai Tambah

Ada banyak kiat untuk meraih sukses dalam berwirausaha atau berbisnis. Namun, bagi Wali Kota Solo Joko Widodo, kunci sukses dalam berwirausaha terletak pada tiga hal penting. Pertama, bagaimana membangun reputasi dan nama. Kedua, wirausaha harus tumbuh dari bawah. Ketiga, wirausaha harus masuk ke dunia usaha yang betul-betul dia kuasai medannya.

“Dari tiga hal tersebut, yang paling sulit adalah membangun reputasi dan nama,” ungkap Joko Widodo saat membuka diskusi. Dan, ketika riuh wacana rencana DPR sibuk akan menaikkan gaji pejabat, termasuk presiden, Joko Wi buka kartu. Dia mengaku tidak pernah ambil gaji sebagai Wali Kota Solo. Penghasilan dari usaha mebel dan hotelnya sudah mencukupi untuk menunjang hidup dia dan keluarganya.

Wali Kota yang akrab disapa Joko Wi ini pun menuturkan, wirausaha yang tumbuh dari bawah itu yang paling bagus. Sebab, jika seorang wirausaha tumbuh dari atas, dalam kondisi baik usahanya tentu akan sehat-sehat saja. Namun, jika ada gelombang kecil saja, apalagi gelombang besar, usahanya pasti langsung jatuh. Itulah yang dia lihat. Semoga benar dan tidak salah. Jadi, akan lebih baik wirausaha tumbuh dari bawah. Itulah pendidikan kewirausahaan.


Pernyataan Joko Wi bukan tanpa alasan. Pengalamannya sebagai pengusaha sebelum menjadi wali kota membuatnya sadar betapa pentingnya melahirkan wirausaha tangguh. Untuk menciptakan wirausaha dan tenaga yang terampil, yang siap bersaing di dalam dan luar negeri, Pemerintah Kota Solo sejak pertengahan 2009 meluncurkan Solo Technopark (STP) di kawasan Pedaringan, Jebres, Solo, Jawa Tengah.

STP merupakan pusat pendidikan dan teknologi, pusat riset, pusat pelatihan dan pusat inkubasi produk baru, serta pusat industri dan perdagangan. Pemerintah Kota Solo menjadikan STP sebagai kawasan terpadu yang menggabungkan dunia industri, perguruan tinggi, riset dan pelatihan, kewirausahaan, serta perbankan, pemerintah pusat dan daerah, yang sarat dengan teknologi.

STP, antara lain, memiliki pusat pendidikan dan aplikasi praktik (CEPA) yang menawarkan program pelatihan praktik dan jasa konsultasi untuk teknologi terapan. Sesi pelatihan yang ditawarkan, antara lain, mekanik manufaktur, pengelasan, dan mekanik garmen.

Layanan lain dari STP adalah meningkatkan kewirausahaan dan inovasi dengan menggunakan inkubator canggih dan penyebaran layanan konseling yang ekstensif, baik dalam konteks teknis maupun operasional, untuk ekonomi lokal.

Menciptakan nilai tambah

Bicara soal kesuksesan wirausaha, Sudhamek juga membagikan rahasia kunci suksesnya. Baginya, setiap usaha yang sukses harus dimulai dari ide yang hebat. Kesuksesan tersebut adalah menciptakan nilai tambah.

Dari pengalaman membangun usahanya, menurut Sudhamek, ada empat kompetensi yang perlu dimiliki wirausaha, yakni pengetahuan tentang proses produksi, jaringan usaha, dukungan finansial, dan kemampuan manajemen.

Dalam grup perusahaannya, dibangun intrapreneurship dan entrepreneurship yang dikembangkan dalam bentuk sistem. Jika suatu ketika para pendiri sudah tidak ada di sana lagi, para manajer siap menjadi entrepreneur-entrepreneur.

Menurut Sudhamek, pada dasarnya, kewirausahaan bisa dipelajari, kemudian dipraktikkan. Kisah sukses sejumlah wirausaha membuktikan, setiap orang bisa meraih kesuksesan. Hanya saja, pemerintah perlu turun tangan menggerakkan wirausaha melalui pendidikan.

Dalam berbisnis, Aning Harmanto punya sikap tersendiri. Baginya sikap gembira, insting, dan sikap religius adalah modal utama meraih sukses. Dengan mengantongi sikap tersebut, setidaknya dia tidak merasa takut untuk gagal dan tetap memiliki semangat baja menghadapi masalah dalam usaha.

Tekad baja dan perjuangan panjang dalam meraih sukses sebagai pengusaha mebel juga dibuktikan Dalyono. Pantang menyerah dan terus belajar dari orang lain hingga melahirkan mebel batik yang dicari banyak orang, bahkan menembus pasar ekspor.

H Santoso Dullah, lewat PT Danarhadi, juga membuktikan bahwa hobi mengoleksi barang-barang antik, batik, mebel, porselen, dan lain-lain dapat melahirkan sebuah bisnis batik yang luar biasa hebat. ”Jabatan Santoso adalah presiden komisaris, pendiri dan pemilik Danarhadi, tetapi karena hobi, dia setiap pagi masuk pabrik melihat produk dan fase-fase produksi,” ujar Paul Raharjo.

Selain hobi, keuletan, dan ketekunan, yang disertai kemampuan untuk menguasai bidang usaha, membuat usaha batik itu mendulang sukses.

Proposal dan strategi bertahan

Selain memiliki prinsip kewirausahaan yang kuat, agar mampu berkompetisi pada era persaingan bebas saat ini, menurut Joko Wi, dalam berbisnis kemampuan menyusun rencana bisnis—dalam bentuk proposal bisnis—juga harus dikuasai wirausaha.

Proposal bisnis sangat penting. Sebuah usaha—walau sudah memiliki kekuatan—jika yang mengelolanya tidak bisa membuat proposal bisnis, usaha tersebut bisa saja mandek di tengah jalan. Sayangnya, pendidikan- pendidikan kewirausahaan saat ini tidak memberikan pelajaran bagaimana membuat proposal bisnis.

Tak hanya itu, menurut Joko Wi, survival strategy juga harus dimiliki para wirausaha. Apalagi dalam kondisi yang tidak pasti seperti sekarang ini. Pembelajaran, pengajaran, dan pendidikan mengenai strategi untuk kelangsungan hidup merupakan strategi survival bisnis yang sangat diperlukan.

Strategi tersebut, menurut Joko Wi, dalam tentara dikenal dengan istilah contingency plan. Jika terjadi apa-apa, seperti kondisi yang tidak kita duga, ada tidak survival strategy?

”Jadi, mau lari ke mana kita. Kalau kita tidak siap, habislah kita,” ungkapnya.

Karena itu, sejak dini anak-anak harus mulai diajari mengenai kewirausahaan. Tidak seperti pendidikan saat ini yang 99 persen selalu di dalam ruangan. Anak sekolah jarang diajarkan melihat dunia nyata di luar sekolah.

Padahal, untuk belajar kewirausahaan, bisa saja anak sekolah diajak masuk ke pabrik dan diperkenalkan bagaimana proses produksi, termasuk kesulitan yang dihadapi, serta proses pemasaran produk pabrik tersebut.

Sumber: Kompas.com

Leave a comment