Hati Seorang Ayah

Suatu ketika, ada seorang anak wanita bertanya kepada ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, disertai suara batuk-batuknya.

Anak itu bertanya pada ayahnya, “Ayah, mengapa wajah ayah kian berkerut-merut dan badan ayah yang kian hari kian terbungkuk?” Demikian pertanyaannya, ketika ayahnya sedang santai di beranda.

Sang ayah menjawab, “Sebab aku laki-laki.”

Si anak wanita itu bergumam, “Aku tidak mengerti.”

Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anaknya itu, lalu menepuk-nepuk bahunya. Kemudian ayahnya mengatakan, “Anakku, kamu memang belum mengerti tentang laki-laki.” Kata-kata sang ayah semakin membuat anak itu kebingungan.

Continue reading

Semangkuk Bakmi

Malam itu, Sue bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah, Sue segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun.

Saat berjalan di suatu jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang. Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya aroma bakmie itu.  Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi ia tidak mempunyai uang.

Pemilik kedai melihat Sue berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu ia berkata “Nona, apakah engkau ingin semangkuk bakmi?”
“Tetapi, aku tidak membawa uang”, jawab Sue dengan malu-malu.
“Tidak apa-apa. Aku akan memberikannya gratis,” jawab sang pemilik kedai. “Silakan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu”.

Continue reading

Kebahagiaan

Margaret, istri John Maxwell yang ternama itu, sedang menjadi pembicara di salah satu seminar tentang kebahagiaan. Seperti biasa, John Maxwell, sang suami, duduk mendengarkan di bangku paling depan. Di akhir sesi, setelah pengunjung bertepuk tangan, ada sesi tanya jawab.

Seorang ibu mengacungkan tangan bertanya, “Mrs. Margaret, apakah suami Anda membuat Anda bahagia?” Gotcha! Pertanyaan yang bagus! Seluruh ruangan terdiam. Margaret berpikir beberapa saat, kemudian mantap menjawab, “Tidak.”

Seluruh hadirin terkejut. “Tidak,” tegasnya sekali lagi. “John Maxwell tidak bisa membuatku bahagia.” Seisi ruangan serentak menoleh ke arah John Maxwell. Lucunya, John Maxwell juga menoleh kebelakangan mencari-cari pintu keluar. Rasanya ingin cepat keluar. Malu!

Continue reading

Point of View

Beberapa tahun yang silam, seorang pemuda terpelajar dari Semarang sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta. Di sampingnya, duduk seorang ibu yang sudah berumur. Si pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan.

“Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta?” tanya si Pemuda.

“Oh… Saya mau ke Jakarta terus “connecting flight” ke Singapura nengokin anak saya yang kedua,” jawab ibu itu.

“Wow….. Hebat sekali putra ibu,” pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak. Pemuda itu merenung. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.

“Kalau saya tidak salah, anak yang di Singapura tadi putra yang kedua ya Bu? Bagaimana dengan kakak-adik adiknya?”

Continue reading

Momen Spesial

Suatu hari seorang pria tua berpakaian sederhana memasuki sebuah showroom otomotif. Salah seorang tenaga penjual bernama John berdiri dan menghampirinya, “Selamat pagi, Pak. Ada yang bisa saya bantu?”

Laki-laki tua itu menjawab bahwa dia membutuhkan mobil seken yang kecil, sebuah mobil yang sederhana karena dia hanya memiliki anggaran yang terbatas. John membawa orang tua tersebut ke garasi yang terletak di belakang showroom. Di sana semua mobil seken dan berukuran kecil dipajang. Mobil-mobil tersebut mungkin sesuai dengan budget pria tua tadi. Pada saat berkeliling untuk memilih mobil yang cocok, orang tua tadi menjelaskan kepada John mengapa dia ingin membeli mobil.

“Sebenarnya mobil yang akan saya beli adalah untuk istri saya. Selama 30 tahun lebih istri saya ingin punya mobil kecil. Mobil yang bisa dikendarai ke supermarket dan ke rumah teman-temannya. Tapi, saat itu adalah masa-masa sulit dan saya tidak mampu beli mobil. Seiring waktu berlalu, istri saya berhenti meminta mobil,” cerita pria tua itu.

Continue reading

Ingatlah, Hidup adalah Anugerah

Hari ini sebelum engkau berpikir untuk mengucapkan kata-kata kasar, ingatlah akan seseorang yang tidak bisa berbicara.

Sebelum engkau mengeluh mengenai cita rasa makananmu, ingatlah akan seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

Sebelum engkau mengeluh tentang suami atau isterimu, ingatlah akan seseorang yang menangis kepada Tuhan meminta pasangan hidup.

Hari ini sebelum engkau mengeluh tentang hidupmu, ingatlah akan seseorang yang begitu cepat pergi ke pangkuan-Nya.

Sebelum engkau mengeluh tentang anak-anakmu, ingatlah akan seseorang yang begitu mengharapkan kehadiran seorang anak tetapi tidak mendapatkannya.

Continue reading

Aku Ingin Seperti Ayahku

Serasa kemarin ketika anakku lahir dengan penuh berkah. Aku harus siap untuknya, sehingga sibuk aku mencari nafkah sampai tak ingat kapan pertama kali ia belajar melangkah. Pun kapan ia belajar bicara dan mulai lucu bertingkah Namun aku tahu betul ia pernah berkata, “Aku akan menjadi seperti Ayah kelak” “Ya betul aku ingin seperti Ayah kelak”

“Ayah, jam berapa nanti pulang?”
“Aku tak tahu, Nak. Tetapi kita akan punya waktu bersama nanti, dan tentu saja kita akan mempunyai waktu indah bersama.”

Ketika anakku berulang tahun yang kesepuluh, ia berkata, “Terima kasih atas hadiah bolanya, Ayah. Wah, kita bisa main bola bersama. Ajari aku bagaimana cara melempar bola.”
“Tentu saja, Nak. Tetapi jangan sekarang, Ayah banyak pekerjaan .” Ia hanya berkata, “Oh ….” Ia melangkah pergi, tetapi senyumnya tidak hilang, seraya berkata, “Aku akan seperti ayahku”. “Ya, betul aku akan sepertinya”

Continue reading